Saturday, August 7, 2010

Puasa Syariat, Thoriqoh dan Hakikat

Assalamulai kum....

kita sudah hampir dengan bulan Ramadhan iaitu bulan yg diwajibkan berpuasa bagi seluruh umah islam di muka bumi ini. Sebelum kita melangkah ke bulan Ramadhan ingin saya kongsikan sedikit ilmu tentang puasa...

Puasa Syariat
adalah menahan diri dari makan dan minum, dan dari berhubungan suami isteri di siang hari. Sedangkan Puasa Thoriqoh itu, mengekang seluruh tubuhnya dari hal-hal yang diharamkan, dilarang dan dicela, seperti ujub, takabur, bakhil dan sebagainya secara zahir maupun batin. Karena semua itu bisa membatalkan puasa thoriqoh.

Puasa syariat itu ada batas waktunya. Sedeangkan Puasa thoriqoh senantiasa abadi tak terbatas seumur hidupnya.

Itulah yang disabdakan oleh Rasulullah saw:
“Betapa banyak orang berpuasa tetapi puasanya tidak lebih melainkan hanya rasa lapar…”

(Hr. Ibnu Majah dan Al-Hakim)

Kerana itu disebutkan, betapa banyak orang berpuasa tetapi ia berbuka, dan betapa banyak orang yang berbuka (tidak puasa) namun ia berpuasa. Yakni menahan anggota badannya dari dosa-dosa, menahan diri dari menyakiti manusia secara fisik,ini dinyatakan seperti dalam firman Allah Ta’ala dalam hadits Qudsy:


“Puasa itu untuk Ku dan Aku sendiri yang membalas pahala puasa.” (Hr. Bukhori)


“Bagi orang yang berpuasa mendapatkan dua kegembiraan:

1. kegembiraan ketika berbuka

2. kegembiraan ketika memandang Keindahan Ku.”

Bagi Ulama syariat, yg dimaksud dengan berbuka adalah makan ketika matahari maghrib, dan melihat bulan di malam Idul Fitri. Sedangkan ahli thoriqoh menegaskan bahwa berbuka itu akan diraih ketika masuk syurga dengan memakan kenikmatan syurga, dan kegembiraan ketika memandang Allah swt. iaitu ketika bertemu dengan Allah Ta’ala di hari qiyamat nanti, dengan pandangan rahasia batin secara nyata.


Puasa Hakikat adalah puasa menahan hati paling dalam dari segala hal selain Allah Ta’ala, menahan rahasia batin (sirr) dari mencintai memandang selain Allah Ta’ala seperti disampaikan dalam hadits Qudsy:


“Manusia itu rahasiaKu dan Aku rahasianya.”

Rahsia itu bermula dari Nurnya Allah swt, hingga ia tidak berpaling selain Allah Ta’ala. Selain Allah Ta’ala, tidak ada yang dicintai atau disukai dan tak ada yang dicari baik di dunia maupun di akhirat.


Bila terjadi rasa cinta kepada selain Allah gugurlah puasa hakikatnya. Ia harus segera mengqodho puasanya, yaitu dengan cara kembali kepada Allah swt dan bertemu denganNya. Sebab balasan Puasa Hakikat adalah bertemu Allah Ta’ala di akhirat. - Syeikh Abdul Qodir Al-Jilany (Dalam Kitab Sirrul Asror)